Cerpen
BUKAN SECRET ADMIRER
~~~~~~~~~~~~~~~
Sejak
lama aku memang mengagumi mu,
Tidak,
mungkin ini lebih dari sekedar mengagumi mu..
Aku
, mencintai mu..
Namun
apa yang bisa ku perbuat?
Aku
hanya seorang aneh, yang hanya mencintai dalam harapan..
Aku
hanya seonggok manusia yang tak bernilai..
~~~~~~
“Doorrr!!”
iseng Dyra mengagetkan Reisa yang sedang melamun menatap layar ponselnya.
“Dyra!!
Kaget tauu! Kalo dateng ucapin salam bukan malah ngagetin kaya gitu!” Kesal
Reisa.
“Ya
abis lu ngelamun, ngeri lu kesambet. Emang lo lagi ngelamunin apa sih?” Tanya
Dyra penasaran.
“Dia
lagi? Huft.. sampe kapan lo kaya gini?” Lanjut Dyra.
Reisa
mendengus pelan. Dia memperbaiki posisi duduknya dengan menopangkan dagu nya
diatas tangannya.
“Yaahh,
gue juga gak tau sampe kapan kaya gini Ra, yaudahlah biarin aja.” Pasrah Reisa.
Beberapa
siswa mulai berdatangan. Diikuti pula oleh seorang guru. Karna waktu menunjukan
pukul tujuh yang berarti pelajaran akan segera dimulai.
~~~~~~
Kiki
berlari pelan memasuki ruang kelas XI SOS 1. Ia mencari sosok sahabat dan juga
kekasihnya.
“Hey!
Gue cariin gak tau nya masih pada di kelas, gue kira udah pada di kantin. Gue
tungguin juga!” Ucap Kiki kesal.
“Berisik
deh kamu Ki. Kalo ngomong pake jeda kenapa sih.” Kata Dyra yang notabene kekasih
Kiki.
Kiki
hanya memamerkan rentetan gigi nya rapi. “Sorry deh.. Kenapa pada gak ke
kantin? Gak laper?” Tanya Kiki gusar.
“Males.”
Jawab Reisa singkat.
“Tumben
amat.. Eh Rei, tadi gue ketemu doi lu tuh.” Ucap Kiki sambil merangkul Dyra.
“Ketemu
dimana say?” Tanya Dyra.
“Di
parkiran, tadi si Nicky mau nabrak gue. Untung nya aja gue masih selamet. Dia
berdua sama temennya, nah temennya kaya kagok gitu, si Nicky mau jatoh pas
banget disamping gue.” Cerita Kiki panjang lebar.
“Ah
coba gue yang ditabrak, siapa tau gue ditolongin dia terus dia minta maaf sama
gue.” Harap Reisa sambil membayangkan.
“Ngimpi
lo ketinggian Rei!” Ejek Kiki. Dyra mencubit halus tangan Kiki. “Udah ah gue
balik ke kelas dulu bentar lagi masuk.” Ujar Kiki pamit dan segera melenggang pergi.
“Yeee
lagi juga siapa yang pengen lu lama-lama disini? Sono dah pergi
jauh-jauh!”Cerocos Reisa. Dyra hanya tertawa kecil melihat tingkah laku
sahabatnya.
Jam
menunjukkan pukul 2 siang. Sinar matahari begitu terik menyengat kulit.
“Ra,
gue pulang duluan ya.” Pamit Reisa dan segera pergi.
“Oke
deh Rei, hati-hati ya.” Ujar Dyra yang masih merapihkan buku-bukunya.
Dyra
hendak berjalan menuju ruang kelas Kiki, ia melihat sosok Nicky pria yang
dicintai oleh sahabatnya Reisa. Nicky siswa kelas XII IPA 3 yang berarti Nicky
adalah senior mereka. Dengan lantang, Dyra memanggil Nicky yang sedang berjalan
di koridor sekolah.
“Ka
Nicky!” Panggil Dyra sambil menghampiri Nicky.
Nicky
menoleh kesumber suara.
“Dapet
salam dari Reisa.” Kata Dyra.
“Sip!”
Jawab Nicky singkat.
~~~~~~
Kantin
sekolah cukup ramai. Namun tak menyurutkan Reisa Dyra dan Kiki untuk membeli
makanan yang ada kantin. Sambil menunggu makanan yang mereka pesan datang,
mereka duduk di kursi yang tersedia di kantin. Reisa menatap sosok yang ia
kenal. Sosok itu pun semakin lama semakin mendekat. Nicky dan teman-tamannya
melewati meja yang sedang Reisa tempati.
“Echeeemm!
Nick Reisa nih..” Iseng Kiki.
“Nicky!”
Panggil Dyra dengan lantang. Nicky hanya tersenyum simpul.
Reisa
masih terdiam. Menikmati pemandangan yang menurutnya begitu indah.
Kiki
mencolek pipi Reisa dengan kasar. “Patah dah itu leher.” Ujar Kiki seenaknya.
“Suka-suka
gue! Leher-leher gue! “ kata Reisa tanpa menoleh sedikitpun. Ia terus
memperhatikan Nicky hingga Nicky benar-benar hilang dari pandangannya.
“Ganteng
banget yaa dia... Kalo jalan cool abis!” Puji Reisa pada sosok Nicky.
Nicky
terkenal dengan pria setengah bule. Selain setengah bule, wajah nya juga cukup
ganteng dan berpenampilan cool. Ia juga pandai bermain gitar. Itu yang membuat
Reisa makin tergila-gila pada nya. Namun Nicky adalah pria yang agak sombong
dan cuek terhadap orang yang baru dikenalnya.
~~~~~~
Gue
gak tau harus berbuat apa biar lo peka Nick..
Gue
cuma bisa lakuin ini, diam..
Andai
lo bisa ngerti gimana hati gue sekarang..
Aaarrgh!!
Reisa
menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Ditatap nya langit-langit kamar
nya sambil terus memikirkan Nicky. Ia tau bahwa Nicky peka terhadap nya. Namun
ia juga merasa bahwa Nicky tak pernah peduli pada nya.
“Bentar
lagi dia Ujian Nasional, sampe kapan gue kaya gini? Capek.” Ujar Reisa miris.
~~~~~~
Hari
terus berlalu. Sikap Nicky memberi respon yang cukup baik. Namun berbeda jika
Nicky memberi respon melalui BBM atau sosial media. Perjuangan demi perjuangan
dilakukan Reisa. Dibantu dengan kedua sahabatnya Dyra dan Kiki. Mulai dari
memberanikan diri menyapanya, memberi sinyal, bahkan ia rela menunggu tanpa
kejelasan. Kejelasan yang tak ia mengerti mengapa sikapnya berbeda jika ia
bertemu dengannya. Namun hasil nya masih tetap sama. Nihil. Tak ada respon yang
lebih.
“Gue
capek Ki, Ra. Gue gak tau harus gimana lagi. Gue nyesek, gue bingung, dia peka
tapi sama sekali gak perduli. Buat apa dia sadar gue suka sama dia kalo dia gak
pernah hargain gue?” Tangis Reisa pecah di kelas yang tak begitu ramai oleh
para siswa.
“Terus
lo mau gimana?” Tanya Dyra prihatin.
“Gak
tau Ra.. Kaya nya sekarang gue cukup ngeliat dia dari jauh aja Ra.. Gue gak mau
terus-terusan berjuang Cuma buat supaya Nicky peduli. Capek..” Tutur Reisa yang
masih menangis.
“Kenapa
lo milih ngeliat dari jauh? Bukannya kalo secara langsung dia bisa lebih sadar
lagi kalo elo beneran suka sama dia?” Tanya Kiki bingung.
Reisa
mengusap hidung dan pipi nya. “Bahagia itu sederhana Ki.. Gue sekarang lebih
nyaman kalo ngeliat dia dari jauh. Yang penting gue tau kabar dia, dia masuk
atau enggak. Percuma, gue ngeliat dari deket kalo ternyata itu cuma tipu daya
dia. Di depan gue, dia ya sok peka. Tapi dibelakang gue? Iya peka, tapi gak
perduli.. Nyesek pasti. Gue nyerah..” Tukas Reisa miris.
Kiki
dan Dyra hanya terdiam. Tak ada yang mengeluarkan sepatah kata. Dyra memeluk
erat sahabatnya ini. Dyra mengerti bagaimana perasaan sahabatnya.
“Gue
pergi dulu ya!” Kata Kiki segera meninggalkan Dyra dan Reisa.
“Mau
kemana Ki? Kiki?!” Panggil Dyra namun tak ada jawaban dari Kiki.
~~~~~~
Kiki
berlari di koridor sekolah. Ia melihat kanan kiri dan sekitar lingkungan
sekolah. Terlihat sosok Nicky sedang berada di pinggir lapangan sedang
berbincang dengan teman-temannya. Kiki yang melihat sosok Nicky, segera
menghampirinya.
“Nick!
Nicky!” Panggil Kiki menghampiri Nicky. Nicky menoleh lalu agak menjauh dari
teman-temannya.
“Gue
mau ngomong sama lo sebentar, boleh? Tapi gak disini. Ikut gue.” Ajak Kiki
sambil menarik kasar Nicky.
“Lo
siapa sih?” Tanya Nicky agak sombong.
“Lo
gak perlu tau siapa gue. Lo liat dua cewek yang lagi duduk di sebelah sana?”
Tanya Kiki serius.
Nicky
menganggukkan kepalanya. “Terus apa hubugannya sama gue?” Tanya Nicky dingin.
“Lo
tau? Cewek yang satu nya lagi nangis. Dan dia nangis karna perlakuan lo
ngerti?! Kenapa sih elo gak coba buat deketin aja? Toh dia juga gak nuntut
apa-apa dari lo! Hargain sedikit aja. Gue kenal dia, dia temen gue. Gue tau dia.
Dia suka sama lo Nick! Dia cuma pengen deket sama lo!” Kata Kiki geram.
Nicky
terseyum sinis. “Cuma pengen deket sama gue? Heh lo pikir, mana ada orang yang
suka tapi cuma pengen deket? Pasti ujung-ujungnya berharap jadian!” Ujar Nicky
ketus.
“Gak
perlu jadian. Deket aja deh, atau minimal lo bales bbm dia!” Kata Kiki tak
kalah ketus nya.
“Gue
kenal dia cukup sebagai dia adik kelas gue. Gak lebih! Lo pikir pake logika,
mana ada yang dengan gampangnya suka sama seseorang padahal gak pernah ada
contact? Gak masuk akal!” Kata Nicky angkuh.
“Cinta
gak butuh alasan. Cinta gak selalu timbul karna hubungan atau contact-kan!”
Tukas Kiki bijak.
“Gue
mau fokus UN, bukan cewek!” Ujar Nicky sambil mendengus kesal sambil
mengibaskan tangan kanannya, lalu segera pergi meninggalkan Kiki.
~~~~~~
“Sorry
Reisa, gue harus lakuin ini” Ujar Nicky dalam hati sambil ia menekan tombol
delete.
Pagi
ini cerah. Namun tak secerah hati Reisa. Hatinya diselimuti rasa gundah. Waktu
menunjukkan pukul 6.20, tetapi matahari sudah menampakkan sinarnya. Sekolah pun
masih terlihat sepi.
“Hey
Rei! Gimana udah baikkan?” Tanya Dyra yang baru saja datang dan segera duduk
tepat disebelah kiri Reina.
“Baikkan
apaan deh Ra? Ngaco deh!” Kata Reina yang berlagak polos.
“Kan
kemaren lu nangis, sekarang udah lega belum?” Tanya Dyra lagi.
“Udahlah
gak bahas, gue udah di delete contact dari BBM sama dia.” Ujar Reisa berusaha menahan
untuk tidak menitikkan bulir air matanya.
“Hah?
Serius lo? Yang bener?” Tanya Dyra kaget.
“Yaampun..
Sabar yaa Rei, udahlah, orang sombong kaya gitu gak pantes diperjuangin lagi.
Lupain Rei lupain..” Ucap Dyra sambil mengusap bahu Reina.
“Iya,
mending lo lupain Nicky aja! Udah kelewat sombong gak pantes buat lo apa lagi
lo perjuangin!” Kata Kiki ketus yang tiba-tiba saja datang.
“Kemarin
gue ngomong berdua sama dia, tapi ya gitu. Sombong! Kaya nya dia cuma royal
sama temen-temennya aja.” Lanjut Kiki sambil mengambil kursi untuk ia duduki.
“Lo
ngomong apa Ki??” Tanya Reisa penasaran.
“Ada
yang nama nya Reisa?” Tanya salah satu siswa kepada siswa lainnya.
“Gue
Reisa, kenapa?” Kata Reisa bingung.
“Lo
dipanggil sama.. duh gue gak tau namanya, kaya nya sih kakak kelas. Di tunggu
di koridor deket mading.” Kata siswa itu sambil bergegas pergi.
“Ki,
lo ngomong apa? Kenapa dia bisa delete gue?” Tanya Reisa lagi yang masih
penasaran.
“Lo
dipanggil kan? Mending lo samperin gih, gue sama Dyra ke kantin dulu belum
sarapan.
Reisa
berjalan di koridor sekolah mencari seseorang yang memanggilnya. Dilihatnya hanya
ada seorang Nicky sedang berdiri didekat mading. Ah apa mungkin yang memanggil
Reisa adalah Nicky? Ujar Reisa bertanya-tanya.
“Lo
ngapain diem disitu? Sini!” Kata Nicky memanggil Reisa dari kejauhan.
Reisa
berjalan dengan hati berdebar. Entah apa yang dia rasakan. Terlalu banyak rasa
dibenaknya. Ia senang di panggil Nicky, namun ada perasaan yang tak mengenakan
yang timbul dalam hatinya.
“Ke..kenapa
kak..?” Tanya Reisa gugup.
“Langsung
to the point aja. Gue cuma mau bilang, sorry banget. Sorry selama ini gue acuh
tak acuh sama lo.. Terus terang aja, gue gak suka sama lo Rei, sorry. Lo
ngerasa gak dikasih kejelasan kan? Nah sekarang gue kasih kejelasan buat lo.
Gue gak ada rasa sama lo. Gue cuek sama lo karna gue takut dibilang Pemberian
harapan palsu buat lo. Tapi ternyata lo kuat ya, terpaksa gue delete contact
BBM lo. Terserah lo mau bilang gue apa, yang jelas gue gak ada rasa sama lo,
gue bukannya gak mau deket sama lo, tapi gue emang gak bisa deket. Lo lupain
gue ya. Sorry.” Jelas Nicky segera melenggang pergi.
Reisa
tercekat. Lemas. Tubuh nya gemetar. Kaki nya terasa tak mampu menopang berat
tubuhnya. Keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhnya. Pelupuk matanya
tak mampu membendung bulit air mata. Reisa berusaha agar tak menjatuhkan bulir
air matanya. Disaat bulir airmatanya mengalir, sosok lelaki berbadan cukup
besar datang dan langsung memeluknya.
“Kenapa
lo nangisin orang yang gak pernah sama sekali peduli sama lo Rei? Ada gue
disini.. Gue yang selalu diam-diam memperhatikan elo tanpa lo tau. Lo boleh
tanggis disini, sepuasnya.” Ujar lelaki itu yang cukup membuat Reina kaget.
“Hendra??”
Kata Reina sambil melepaskan pelukannya. “Sorry gue gak bisa.” Lanjut Reisa dan
segera berlari menuju ruang kelasnya.
“Sejauh
apa pun kita berjalan, pada akhirnya kita kembali ke titik awal. Ngerti Rei?”
Tanya Kiki bijak.
Reina
menggeleng lemah.
“Jadi gini Rei, sejauh apa pun lo maju untuk memperjuangin dia, tapi pada akhirnya lo akan mundur ke tempat dimana lo seharusnya berdiri. Mundur ketika perjuangan lo gak pernah dihargai.” Jelas Dyra.
“Jadi gini Rei, sejauh apa pun lo maju untuk memperjuangin dia, tapi pada akhirnya lo akan mundur ke tempat dimana lo seharusnya berdiri. Mundur ketika perjuangan lo gak pernah dihargai.” Jelas Dyra.
“Ibarat
nya kekuatan lo udah abis dan lo milih buat ‘istirahat’ bahkan menyerah..”
Lanjut Kiki.
“Perjuangan
gue gak akan ada arti nya di mata dia kalo dia sendiri gak pernah melirik gue
sedikit pun.” Ucap Reisha lirih.
“Nah!
Tuh lo tau!” Seru Kiki dan Dyra.
-END-