Jumat, 10 Juni 2016

Idol My Love



IDOL MY LOVE

Aku menjinjing satu kantong belanjaanku dan berjalan keluar dari supermarket. Aku berjalan menyusuri jalanan kota Seoul menuju rumahku. Meskipun penerangan minim, aku masih bisa melihat apa pun dengan jelas oleh mataku. Ku tengok kanan dan kiri jalanan itu sepi. Yah, disekitaran rumahku jika sudah hampir tengah malam jalanan memang sepi. Aku berhenti sejenak untuk memakai kupluk jaketku lalu menaikkan restsleting jaketku. Dingin. Baru dua langkah aku berjalan, tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrakku.
Bruk!
Aku tersungkur ke jalan dengan posisi kaki menekuk membentur jalan dengan tangan sebagai tumpuan. Untung saja belanjaanku tidak berserakan.

"Aww..." desisku seraya memperbaiki posisiku menjadi duduk. "Kalau jalan liat-liat dong!" ujarku kesal sambil mengusap kedua lututku yang terluka akibat terbentur jalan. Aku mencoba berdiri namun entah kenapa lututku begitu lemas. Aku jatuh terduduk di jalan.

Lelaki itu tidak mengatakan apa pun. Ia hanya sibuk menoleh ke segala arah. Karena pencahayaan yang minim, dan juga ia mengenakan masker, aku jadi tidak bisa melihat wajahnya. Sedetik kemudian, ia membantuku berdiri.

"Maaf. Rumahmu dimana? Biar aku antar." Katanya sambil merangkulku dan membopongku.

"Aw..." aku merasakan sakit di lututku. "Rumahku tidak jauh dari sini. Kau hanya perlu berjalan lurus." kataku terbata-bata. Lelaki itu tidak menjawab.

Dengan cekatan ia membawaku sampai rumahku. Aku menekan beberapa tombol di gagang pintu rumahku setelah itu membukanya. Lelaki itu menuntunku hingga ke dalam rumahku.

"Kotak P3K dimana?" katanya sambil mendudukiku di sofa. Aku memberitahunya letak kotak P3K. Lelaki itu berjalan menuju stopkontak untuk menyalakan lampu. Beberapa saat kemudian dengan lembut lelaki itu mengobati lututku yang berdarah. Ku rasakan perih ketika alkohol bersatu dilukaku. Aku mengernyitkan dahi menahan sakit. Lelaki itu malah menatapku sejenak lalu membalut lukaku dengan plester.

"Maaf untuk tadi. Tapi bisakah aku menumpang di rumahmu hanya untuk malam ini saja?" ujarnya sambil menaruh kotak P3K di tempatnya. Lelaki itu duduk di sampingku dan membuka maskernya membuatku terkejut. Jeon Jung Kook. Jeon Jung Kook adalah penyanyi terkenal di Korea yang tergabung dalam group boyband BTS. Siapa pun akan mengenalinya.

Ya Tuhan.... Apa aku sedang bermimpi sekarang? Di depanku, tepat di depanku ada seorang penyanyi terkenal yang aku idam-idamkan selama ini. Sungguh malam ini adalah malam yang mengejutkan. Biasanya aku hanya bisa melihatnya dalam televisi saja, tapi sekarang? Dia berada tepat di hadapanku.

"Hei! Apa kau mendengarkan ku?" katanya sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku mengerjap dan tersadar. "Eh.. Iya, iya, boleh. Tapi hanya untuk malam ini saja."

"Hmm.. Baiklah. Malam ini saja." Jungkook melemparkan pandangannya ke seluruh ruangan lalu beranjak dari duduknya.

"Apa kau ada kamar lebih?" tanyanya seraya mengambil remot tv dan menekan tombolnya menyalakan tv.

"Enggak ada. Aku di sini tinggal sendiri. Kau tidur di sofa, nggak apa-apa kan?" aku beranjak dari sofa mencoba melangkah menuju kamarku. Belum sempat melangkah, Jungkook menggendongku di depan. Aku memekik terkejut.

"Apa yang lakukan Jungkook-ssi!" aku meronta meminta diturunkan namun tangannya begitu kuat hingga tubuhku tak bisa sedikitpun lepas darinya.

"Dimana kamarmu? Kau tak bisa berjalan, mungkin besok kau baru sampai kamarmu jika jalanmu tertatih." Jungkook membawaku ke kamarku. Padahal aku tidak memberitahunya dimana kamarku. Ia menyalakan lampu kamar tanpa menurunkanku dari gendongannya. "Wahh banyak foto ku yaa!" ujarnya dengan wajah berbinar. Jungkook menurunkanku perlahan.

Siaalll! Umpatku dalam hati. Aku lupa bahwa aku fans beratnya dia. Aku lupa bahwa di kamarku ada foto, poster, dan segala hal tentang BTS termasuk dirinya. Aku sedikit menunduk dan menutup wajaku dengan satu tangan karena malu.

"Kau fans beratku? Banyak sekali foto-fotoku. Bahkan lebih banyak fotoku daripada foto groupku." katanya sambil berkeliling kamarku. Aku berjalan tertatih menuju kasurku tanpa berniat menjawab apa yang ia katakan. Aku merebahkan tubuhku dan menarik selimutku.

"Jika kau sudah puas memandangi kamarku silakan keluar, dan tolong matikan lampunya. Aku tidak bisa tidur jika lampunya menyala." ujarku menutup mataku agar aku tidak melihat Jungkook karena malu.

Aku membuka mataku ketika lampu kamar sudah dimatikan olehnya. Aku melihat Jungkook masih berada di ambang pintu kamar. Tampaknya ia sedang melihat ke arahku menunggu sesuatu.

"Aku, Wina. Sekarang, bisakah kau keluar dari kamarku Jeon Jung Kook-ssi?" kataku. Lelaki itu mengucapkan selamat malam kepadaku lalu keluar dan menutup pintu kamarku.

Ah, sepertinya aku akan bermimpi indah malam ini karena aku bertemu dan bahkan serumah dengan idolaku. Akan tetapi, mengapa ia di tengah malam begini berlari-lari hingga menabrakku lalu meminta untuk menumpang di rumahku dan bukannya segera pulang ke dormnya? Pasti ada sesuatu yang tidak di ketahui oleh publik.
~~~~

 Sinar matahari menebus celah-celah jendela kamarku. Aku mengerjapkan mataku lalu beranjak dari kasur. Aw.. Lututku masih terasa sakit. Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu. Ketika sampai di ruang tamu, aku melihat Jungkko masih tertidur pulas. Karena tak ingin mengganggu tidurnya, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku dan bersiap untuk berangkat ke kampus.

"Kau mau kemana?" tanya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur.

"Aku mau kuliah. Aku tidak punya pakaian cowok, karena aku tinggal sendiri di sini.  Jika kau ingin makan, ada beberapa mie di lemari makanan. Jika kau ingin minum, kau ambil saja sendiri di kulkas. Jika kau keluar dari rumahku, kau tidak akan bisa masuk kecuali bersamaku. Karena kau pasti tidak tahu kode rumahku." ujarku panjang lebar.

Jungkook beranjak dari sofa, berjalan menuju kulkas, mengambil botol mineral lalu meneguknya hingga botol itu kosong tak terisa. "Kau ini bawel sekali. Mendengarmu berbucara membuatku haus." ejeknya sambil tersenyum miring. Aku ingin melontarkan kata-kata lagi untuknya namun aku memilih diam segera berangkat ke kampus.

Entah kenapa otakku tak mau fokus pada mata kuliah hari ini. Otakku terus menerus memikirkan Jungkook yang berada di rumahku, sendirian. Ia sudah makan atau belum? Apakah Jungkook sudah pergi dari rumahku? Siall! Memikirkan itu membuatku gila sendiri. Aku menaiki bus ke arah rumahku. Persetan dengan mata kuliah hari ini.

Aku kuliah di Universitas Seoul dengan beasiswa. Aku tidak terlalu pintar. Mungkin karena keberuntungan makanya aku bisa mendapatkan beasiswa itu. Aku membuka pintu rumahku lalu melihat sekeliling. Keadaan rumahku yang tadi ku tinggalkan sedikit berantakan. Namun sekarang, rumahku menjadi lebih rapih. Aku memanggil-manggil nama Jungkook namun tak ada sahutan darinya. Dia sudah pergi, batinku. Ada rasa kecewa yang menyergap dalam hatiku. Aku berjalan menuju dapur dan aku melihat note tertempel di pintu kulkas.

Maaf telah membuat kakimu terluka. Terima kasih untuk mie, minum, dan tumpangannya. Terima kasih juga kau telah menjadi fansku. Kau pasti kaget begitu melihatku kan? Kau juga pasti ingin sekali memelukku dan berfoto dengan ku seperti fans lain kan? Haha! Mungkin aku terlalu percaya diri, tetapi aku yakin kalau itu benar!
Maaf, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu itu. Kita akan segera bertemu kembali setelah masalahku selesai. Tolong jangan kau beritahu siapa pun tentang ini. Aku ada sedikit masalah dengan keluargaku dan juga manajemenku. Itu sebabnya BTS belum juga comeback. Hanya itu yang dapat ku beri tahu padamu. Aku percaya padamu. Terima kasih, Wina-ssi.
Salam Jeon Jung Kook, idolamu.

"Ishh! Dia ada masalah keluarga dan manajemennya? Masalah apa hingga dia kabur?" gumamku. "Ah bodolah! Lebih baik aku tidur!"
~~~~

"Wina, maaf," ujar direktur utama kampusku, Kim Seok Boom.

"Ada apa pak?" tanyaku dengan jantung yang berdegub kencang. Aku tidak tahu mengapa aku dipanggil secara tiba-tiba seperti ini. Apa karena aku membolos kemarin? Ah rasanya tidak. Bukan itu.

"Dengan berat dan dengan hormat, aku mencabut beasiswamu. Maaf." ujar Kim Seok Shin dengan berat hati. Aku tersentak kaget.

"Kau tahu Jeon Jung Shik?" Aku mengangguk kuat. Rasanya, aku pernah mendengar nama itu.

"Jeon Jung Shik adalah donatur terbesar di kampus ini. Dia yang meminta pihak kamus untuk memutus beasiswamu karena kau telah membantu anaknya bersembunyi di rumahmu." Aku benar-benar terkejut. Aku tidak menyangka jika hal itu membuatku kehilangan beasiswaku.

Dengan kesal dan juga marah, aku mendatangi kantor Big Hit Entertaiment. Dimana Big Hit Entertaument adalah kantor manajemen yang menaungi BTS dan pastinya Jungkook. Aku bertanya kepada staf yang berjaga, dia bilang Jungkook tidak ada di sini. Sudah dua hari yang lalu Jungkook menghilang. Aku mendengus kasar dan duduk di bangku yang ada di depan kantor itu. Kakiku memang sudah tidak sakit lagi, namun berganti menjadi hatiku yang sakit. Aku beranjak berdiri dari dudukku begitu melihat seseorang keluar dari mobil dengan penjagaan ketat oleh pengawal. Seseorang itu melihat kearahku. Jeon Jung Kook. Dengan cepat aku menghampirinya. Refleks, aku menamparnya begitu sampai dihadapannya.

"Bagaimana bisa ayahmu mencabut beasiswaku?! Aku tidak terlibat dengan masalahmu! Aku juga tidak ingin terlibat!" pekikku. Jungkook mengusap pipi kirinya yang aku tampar tadi. Pengawalnya diam saja tak beraksi. Sesaat kemudian, keluar seorang laki-laki paruh baya. Itu adalah Jeon Jung Shik, ayah Jeon Jung Kook.

"Kau yang bernama Wina? Jika kau tidak ingin beasiswamu dicabut maka kau jangan pernah mencampuri urusan Jungkook!" katanya penuh tatapan mengintimidasiku.

"Aku tidak pernah mencampuri urusan anakmu, Tuan!" ujarku geram. Jeon Jung Shik berdecih.

"Karena kau sudah membantu Jungkook bersembunyi itu sama saja kau mencampuri urusanku. Bawa dia masuk!" titah Jeon Jung Shik. Jungkook hanya menatapku dengan sorot mata seolah berkata "maaf".

"Maaf. Tolong maafkan Jungkook. Dia tidak bermaksud membuatmu terlibat." ujar seseorang dari belakangku. Aku menoleh ke sumber suara. Park Ji Min. Salah satu member BTS.

“Bisa kau jelaskan apa yang terjadi?! Aku tidak tahu apa-apa dan beasiswaku malah dicabut karena masalahnya! Aku kan tidak terlibat!” kataku kesal. Jimin mengajakku untuk pergi ke caffe tidak jauh dari kantor manajemennya.

Jimin menjelaskan semua permasalahan Jungkook padaku tanpa satu pun yang terlewatkan. Aku merasa kasihan terhadap Jungkook. Tetapi, aku juga tidak terima jika beasiswaku dicabut begitu saja karena alasan aku membantu Jungkook. Tidak masuk akal.

Jungkook ingin bertahan di BTS dan menolak untuk meneruskan mengelola perusahaan ayahnya membuat ayahnya marah dan terus menerus memaksa Jungkook pulang ke rumah dan belajar tentang perusahaan. Tetapi Jungkook tidak pernah mau dan selalu berhasil kabur dari kejaran cecunguk ayahnya. Hari ketika Jungkook bertemu denganku, ia sedang di kejar oleh cecunguk ayahnya. Tanpa diketahui Jungkook, cecunguk itu ternyata mengikutiku dan Jungkook. Barulah ketika aku tidak berada di rumah, Jungkook di jemput paksa.

 “Jungkook menceritakannya padaku semalam. Semalaman penuh setelah aku berbicara dengan Jungkook, Jungkook membuat tawaran kepada ayahnya. Itu sebabnya ayahnya ke kantor hari ini.” Jimin menyeruput minumannya. “Terima kasih karena telah membantu Jungkook dan menutup rapat tentang ini. Setelah bertemu denganmu, Jungkook benar-benar menemukan jalan keluar. Ia memiliki alasan kuat mengapa ia memilih bertahan di BTS. Maaf karenanya kau kehilangan beasiswamu.” imbuhnya merasa bersalah.

Terjawab semua pertanyaan di hatiku yang sedari tadi bertanya-tanya. Aku malah lupa jika beasiswaku sudah dicabut dengan seenaknya. Yang aku pikirkan sekarang adalah Jungkook. Jungkook membuat penawaran kepada ayahnya bahwa ia akan tetap berada di BTS sambil mempelajari tentang perusahaannya dan mengambil alih perusahaan tanpa keluar dari BTS. Ia akan mengatur semua jadwalnya agar keduanya bisa berjalan dengan baik. Dan ia memerlukan beberapa member BTS untuk ikut mengurusi perusahaannya. Ayahnya akhirnya menyetujui dan membicarakannya kepada manajemen dengan cara kekeluargaan. Ayahnya tidak jadi menggugat Big Hit Entertaiment karena jika itu terjadi, semua permasalahan akan tersebar mencemarkan nama dari kedua belah pihak.
~~~~

Aku melongo ketika pintu kamar ku buka. Sedikit terkejut. Aku segera menuju kamar tidurku dengan berlari kecil.

“Jeon Jung Kook-ssi!” pekikku dengan mata terkejut mendapati beberapa orang di dalam kamarku. “Apa yang kalian lakukan?!”

Saat itu, Jungkook sedang menulis sesuatu di poster yang tertempel di dinding kamar. Begitupun teman-temannya yang aku yakin itu adalah BTS. Jungkook menghampiriku, sedangkan teman-temannya masih dalam posisi membelakangiku sibuk menulis tanda tangan mereka di foto dan poster.

“Haaa! Ku rasa surprise ini gagal, hyung!” Jungkook menatapku dengan pasrah.

Aku hendak mengeluarkan suara namun tiba-tiba saja semua member BTS bernyanyi. Mereka menyanyikan salah satu lagu dari album mereka. Aku sungguh terkejut hingga tak sadar aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Semua member BTS mengurungku dengan aku dan Jungkook berada di tengah. Ruangan kamarku cukup luas, jadi mereka bisa dengan mudah membuat lingkaran kecil dan mengurungku.

Jungkook memegang bahuku. “Maaf karena membuatmu kehilangan beasiswamu. Aku yang akan membiayai kuliahmu. Kau tidak perlu bekerja paruh waktu, fokus saja pada kuliahmu. Aku sangat berterima kasih karena kau, aku jadi bisa mendapatkan solusi. Kau adalah kekuatanku.” Aku menatap dalam matanya mencari kebohongan di dalam matanya namun tidak ku temukan kebohongan meski secuil.

Aku mengeryit. “Ke...kuatan...mu?”

“Ya. Kau, fans!” Ada sakit yang menghujam jantungku ketika Jungkook menyebutku fans. Ah! Aku kan memang fansnya! Umpatku.

“Setelah melihat kamarmu yang penuh BTS dan aku, aku semakin yakin dengan alasanku memilih bertahan di BTS. Karena aku tidak mau mengecewakan fansku. Tanpa fans, aku tidak mungkin menjadi seperti ini. Dikenal oleh semua orang dan di dunia. Jika aku keluar dari BTS, itu akan menyakiti hati para fansku yang telah mendukungku.” Tukasnya.

Mendengar kata 'fans' dari mulutnya membuatku hatiku teriris. Aku menahan sesuatu di pelupuk mataku agar tidak jatuh ke pipiku. Aku pun tidak mencoba membuka mulutku. Otak dan mulutku tiba-tiba saja berhenti berfungsi. Keduanya tidak mau bekerja. Otakku sulit berpikir. Mulutku juga sulit terbuka. Aku kelu.

“Kau juga salah satu yang menguatkan alasanku bertahan di BTS. Kau tahu cinta pandangan pertama? Aku pikir, aku mencintaimu sejak malam itu. Sejak kali pertama kita bertemu.” Air mata yang sejak tadi ku tahan lolos begitu saja keluar dari zonanya.

Aku hendak menghapus air mata menggunakan tangan kiri ku namun tangan Jungkook menahan tanganku. Jungkook menangkupkan satu tangannya yang bebas di pipi kananku. Dihapusnya air mataku yang mengalir menggunakan ibu jarinya. Begitupun pipi kiriku. Jantungku berdetak lebih cepat. Darahku mengalir deras. Keringat dingin mulai menjalar dalam tubuhku. Sesaat kemudian, ia memelukku. Tanpa ragu, aku membalas pelukannya.

“Jadilah kekuatanku mulai sekarang. Kau milikku. Kau punyaku. Kau kekuatanku. Aku mencintaimu, Wina-ya.” pintanya dengan suara lembut. Tanpa berpikir panjang, aku mengangguk pelan. Semua member BTS, Nam Joon, Jin, Hoseok, Yonggi, Jimin, dan Taehyung bersorak riang. Aku tidak menyangka memiliki akhir seperti ini. Meski aku sangat terkejut dengan pencabutan beasiswaku, tetapi ini lebih mengejutkan. Menjadi kekasih dari salah satu penyanyi terkenal di dunia. Terlebih Jungkook adalah idolaku.

TAMAT-
DONT COPY PASTE tanpa meminta izin. gomawoyo~