special for my favorite writer
@yASMINZAH
BODOH
~~~~~~~~~~~~~~~
“Aku udah
bilang, dia Cuma te-men! Gak lebih!” ujar Yasmin yang menekankan kata ‘teman’
pada kekasihnya, Kevin. Ini adalah pertengkaran mereka yang kesekian kalinya.
Entah yang keberapa.
“Kamu bilang
temen? Gue bisa liat kalo itu cowok ada rasa sama lo!” ucap Kevin keras.
Yasmin
bergeming menahan tangisnya agar tak tumpah. “Terserah kamu mau bilang apa! Aku
udah jelasin semua nya. Apa perlu aku ulang? Aku Cuma temenan sama dia. Dan aku
ketemu dia karna emang udah lama gak ketemu. Toh aku juga ketemuannya gak
berdua, tapi sama temen-temen aku yang lain! Puas?!” tanya Yasmin yang tak
sanggup menahan air matanya lagi.
Kevin
terdiam.
“Mau dia ada
rasa atau enggak, yang penting aku tetep sayang kamu! Bukan dia!” Yasmin bergegas
masuk kedalam rumah namun Kevin menahan.
“Kenapa?
Masih belum puas?” tanya Yasmin. Kevin tak menjawab. Ia mengulurkan tangannya dan
merengkuh tubuh mungil Yasmin kedalam pelukannya.
“Maafin aku
Yas, aku kaya gini karna aku terlalu takut kehilangan kamu.” Ujarnya lirih.
“Kamu udah
berkali-kali minta maaf, beribu-ribu kali mengucapkan kata yang sama juga, tapi
masih tetep kamu lakuin kesalahan kamu.”
“Iya, aku
tau aku salah. Aku gak bisa nahan emosi aku. Maafin aku ya.” Pintanya. Yasmin hanya
mengangguk dan melepaskan pelukkannya.
“Udah sore,
kamu pulang gih.” Kata Yasmin sambil melihat arlojinya yang terpasang ditangan
kirinya. “Udah jam lima, aku belum solat. Kamu pulang terus mandi ya. Nanti
selesai mandi sms aku.” Lanjutnya.
****
Setelah pertengkaran itu,
seperti biasa, Kevin selalu menuruti apa yang Yasmin mau sebagai tanda
permintaan maaf. Kevin memang orang yang ber-tempramental tinggi. Terkadang,
amarahnya melebih ambang batas sampai Yasmin tak tau berbuat apa lagi. Yasmin terlalu
cinta padanya. Hubungannya dengan Kevin memang sudah memakan waktu lama. Begitu
sulit jika ia harus melepaskan kesayangannya yang tempramental ini.
Apalah arti sebuah hubungan bila
perbedaan itu tak pernah runtuh. Tembok tinggi menjulang dan kokoh selalu menghalangi
mereka. Tak mudah untuk dilewati. Tak jarang pula mereka memperdebatkan soal
perbedan. Pada akhirnya Yasmin lah yang selalu mengalah.
****
Malam ini Yasmin bersiap untuk pergi ke taman bersama Kevin. Seperti
biasa, ia selalu tampil sederhana namun tetap cantik. Ia mengenakan longdress
yang senada dengan jilbabnya yang berwarna hijau tosca.
Ddddddrrrrtttt~
From Kevin’s:
Aku
udah di depan rumah kamu..
Setelah membaca pesan singkat dari Kevin, Yasmin bergegas keluar dari
kamarnya dan menghampiri Kevin yang berada di depan rumahnya. Dilihat Kevin
sedang duduk kursi depan rumahnya. Tidak ada yang special. Semua berjalan
seperti biasa.
“Makan yuk.
Aku laper nih.” Ujar Kevin saat tiba ditaman.
“Tapi aku
belum laper Vin.” Desisnya.
“Yaudah,
tunggu sebentar deh ya.”
“mau
kemana?” tanya Yasmin bingung. Belum menjawab pertanyaan Yasmin, Kevin telah
meninggalkannya.
Tak berapa lama kemudian, Kevin datang dengan membawa sebuah kotak yang
cukup besar berwarna hijau tosca. Seperti warna pakaian yang ia pakai. Dengan
penasaran Yasmin membuka tutup kotak tersebut.
“Widiihh
bisa gemuk deh aku kalo makan coklat sebanyak ini!” ujar Yasmin sedikit
mengerucutkan bibirnya. Kotak itu berisi empat buah es krim merk ternama dan lima buah coklat yang juga
memiliki merk ternama juga.
“Empat,
tanggal jadian kita, lima, bulan jadian kita.” Kata Kevin. “Jangan cemberut
gitu dong! Gak apa-apa gemuk yang penting kamu tetep aku sayang.”
Senyum
Yasmin mengembang dan ia segera membuka bungkus salah satu es krim yang tadi diberikan
oleh Kevin.
“Enak gak?”
tanya Kevin.
“Enak dong!
Apa lagi gratis!” seru Yasmin yang asik memakan es krim rasa coklat.
“Abis ini
mau kemana?” tanya Yasmin.
“Kemana aja
asal sama kamu.”
“Pulang aja
gimana? Udah malem. Kasian juga kan kamunya nanti kemaleman.” Desis Yasmin.
“Oke.”
****
Siang ini terlihat mendung. Yasmin berjalan menuju halte yang ada
didepan kampusnya. Tiba-tiba ada seorang pengendara motor berhenti tepat
dihadapannya. Yasmin menghentikan langkahnya dan menatap sosok yang ada
didepannya dengan tatap bingung. Si pengendara motor itu membuka kaca hitam
penutup kepalanya sambil menoleh ke arah Yasmin yang terus memandang si
pengendara motor itu.
“Yas?”
panggil si pengendara motor itu. Yasmin masih terbengong menatap cowok itu.
“Yas? Woi?”
sekali lagi cowok itu memanggil Yasmin tetapi masih tidak ada sahutan.
“Yasmin
Zahiroh!” cowok itu menepuk pundak Yasmin dan membuka penutup kepalanya agar
Yasmin tidak menatapnya seperti itu.
“Eh eh iya?
Kenapaa?” ucap Yasmin gelagapan. “Loh? Ari?”
“Dari tadi
gue didepan lo dan lo baru sadar sekarang? Kacau lo!” kesal Ari yang memasang
wajah cool campur cemberut.
“Dih
ngambek! Lagian lo tiba-tiba berehenti depan gue, udah gitu helm kaga dilepas.
Gue kirain lo ninja modern yang modis gak pake kain buat nutupin muka!” tukas
Yasmin sedikit tertawa.
“Emang gue
ninja. Ninja di hati lo.” Yasmin berhenti tertawa. “Gue anter pulang ya?” tanya
Ari.
“Itu
pertanyaan apa pernyataan?” Tanya Yasmin balik.
Ari
menghembuskan napasnya kasar. “Emm.. pernyataan sih. Mau gak mau lo harus mau
gue anter pulang.” Jawab Ari
“Tapi gue
nya gak mau tuh wleee.” Ledek Yasmin dengan menjulurkan lidahnya.
“Dih
ngeledek! Buruan naik, mendung tuh. Kalo keujanan nanti lo sakit lagi.”
Dengan
senyum mengembang dari ujung kiri ke ujung kanan, Yasmin segera menunggangi
motor besar Ari dan dengan cepat motor Ari berbaur diantara kendaraan lain.
Sesampainya
dirumah Yasmin hujan mengguyur bumi membasahi tanah dan semua yang ada
didalamnya.
“Masuk dulu
deh Ri, ujan.” Kata Yasmin kepada Ari mengajak untuk bersinggah dirumahnya
karena hujan turun makin deras.
“Kalo boleh
sih gue maunya masuk ke hati lo aja Yas.” Gombal Ari membuat pipi chuby Yasmi
memerah.
“Apaan sih
lo! Udah yuk masuk. Eh jangan didalem, diluar aja ya. Gak enak sama tetangga.”
****
Kevin merapihkan kemeja panelnya dan segera bergegas menuju keluar
untuk melihat keadaan diluar. Hujan sudah berhenti rupanya. Kevin menghirup
napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perhalan.
“Jangan
turun ujan lagi ya. Please.. Mau ngapelin Yasmin nih.” Ujarnya seolah
berbincang pada langit.
Dengan
semangat ia lajukan mobil hitamnya menuju rumah Yasmin.
****
“Yas,
ujannya udah berhenti. Gue pulang dulu ya. Gak enak lama-lama mampir dirumah
orang, cewek lagi.” Tukas Ari yang bersiap memakai jaket kulit hitamnya.
“Oh yaudah
lo hati-hati dijalan ya.” Yasmin mengantar Ari menuju motor besar hitam Ari
yang terparkir dihalaman rumah Yasmin.
Kevin menghentikan mobilnya tepat dibelakang motor Ari. Yasmin dan Ari
menoleh ke mobil itu. Daaannnn...... Yasmin tercekat. Jantungnya berdegup
kencang. Darahnya mendesir hebat. Entah apa yang akan terjadi jika yang ada
didalam mobil itu adalah Kevin. Ah! Itu udah pasti Kevin! Ya Tuhan please
jangan sampe Kevin bikin kacau! Ujar Yasmin dalam hatinya.
Harapan tinggallah sebuah harap yang melebur kencang bersama angin yang
berhembus. Kevin keluar dari dalam mobilnya dengan wajah yang amat sangat tidak
enak untuk dilihat. Kemarahan sudah tertanam didalamnya. Matanya menatap tajam
Ari.
“Yasmin!”
seru Kevin dengan kemarahan yang tertahan.
Yasmin
mengalihkan pandangannya ke Ari dan menyuruhnya untuk segera pergi. “Ri, maaf
ya, buruan sekarang lo pulang ya. Please. Sekarang juga lo pergi yaa.” Kata
Yasmin dengan tatapan memohon. Ari mengangguk mengerti dan segera ia nyalakan
mesin motornya dan melajukan motornya.
“A..Aku bisa
jelasin kok Vin.” Ujar Yasmin menyembunyikan rasa paniknya. Kevin bersandar di
badan mobilnya dengan kedua tangan terlipat didepan dada.
“Tadi waktu
dijalan, aku ketemu Ari. Terus Ari nganterin aku pulang.” Kata Yasmin. “Sampe
dirumah, ujan. Yaudah dia mampir dulu neduh dirumah aku. Kita gak ngapa-ngapain
kok. Beneran!” lanjut Yasmin meyakinkan Kevin.
“Kita
putus.” Kalimat itu terlontarkan oleh Kevin tanpa pikir panjang.
Yasmin
terkejut. “Ken..Kenapa Vin? Aku udah jelasin semuanya ke kamu Vin.” Lirih
Yasmin.
“Apa? Semua
emang udah jelas! Tinggal perasaan lo ke dia yang belum lo jelasin ke gue!”
ujar Kevin keras.
“Aku udah
bilang Vin, kita gak ngapa-ngapain. Aku sama dia gak ada apa-apa. Aku gak ada
rasa apapun ke dia Vin!”
Kevin
berdecak. “Ucapan lo sama hati lo beda!” Kevin memasuki mobilnya dan melajukan
mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Yasmin masuk
kedalam rumahnya dan tangisnya pecah.
****
Malam begitu dingin menyelimuti tubuh Yasmin yang masih saja menangis
dari tadi sore. Dilihatnya jam dinding tepat pukul setengah tujuh malam. Yasmin
beranjak dari tempat tidurnya dan berdiri didepan cermin.
“Solat. Cuma
solat yang bikin gue tenang.” Ujarnya.
Setelah solat, ia segera meraih ponselnya yang terletak dikasurnya. Di
kontaknya Kevin. Beberapa kali sejak kejadian tadi, Kevin tidak mau mengangkat
telfon darinya. Lagi dan lagi ia tidak berniat untuk mengangkat telfonya.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Yasmin segera menutup telfonnya dan
membukakan pintu.
“Ari?
Ngapain malem-malem kesini Ri?” tanya Yasmin seolah tidak terjadi apa-apa
padanya.
“Gue Cuma
mau minta maaf Yas. Tadi pasti lo bertengkar ya sama Kevin? Pasti dia salah
paham lagi?” tanya Kevin merasa bersalah.
“Em... duduk
dulu deh Ri.” Yasmin menuntun Ari untuk duduk dikursi yang ada diteras
rumahnya.
Yasmin
mengatur posisi duduknya agar terlihat rileks. “Gak perlu dibahas Ri. Gak ada
yang perlu dimaafin atau minta maaf juga. Gue udah gak ada hubungan apa-apa
sama Kevin.” Lirihnya.
“Hah? Lo
putus sama Kevin? Pasti gara-gara tadi ya? Gue minta maaf Yas. Sumpah gue gak
bermaksud buat bikin hubungan lo rusak.”
“Enggak kok
Ri. Eh iya, lo mau ngapain kesini?” tanya Yasmin berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Oh iya, gue
pengen kasih ini buat lo.” Ari memberikan sebuah kado besar berbentuk hati
berwarna merah maroon.
Senyum
yasmin mengembang seketika. “Apaan nih Ri? Ulang tahun gue kan udah lewat?”
“Gue tau,
sorry ya gue telat nih. Eh tapi ini bukan kado.”
“Terus?”
tanya Yasmin. “Boleh gue buka?”
Ari
mengangguk. “Boleh.”
Yasmin
membuka penutup kado itu dengan tak sabar. Dilihatnya beberapa alat solat
tersusun rapih. Dikeluarkannya benda itu satu persatu.
“Al-Qur’an?”
kata Yasmin bertanya-tanya. “Mukena? Sajadah?” Yasmin menatap wajah Ari yang
tersenyum manis membentuk lesung pipi di kanan dan kirinya.
“Aku mau
setiap solat kamu pake mukena itu. Jangan lupa juga dibaca Al-Qur’an nya.” Ujar
Ari yang masih tersenyum manis. “Someday, aku mau jadi imam buat kamu.”
Yasmin
terdiam. Spechless! Ia tak mampu mengucapkan apapun.
“Ini emang
gak tepat banget Yas. Tapi aku mau kamu tau, kalo aku udah lama suka sama
kamu.”
“Tapi aku
baru putus sama Kevin.” Desis Yasmin.
“Aku tau.
Aku ngerti. Yaudah aku pamit ya. Besok pagi aku harus balik ke Kuala Lumpur
buat selesaiin kuliah aku. Aku boleh minta tolong?” tanya Ari pada Yasmin masih
terdiam.
“Mau minta
tolong apa?”
“Tolong pihara
hati kamu untuk aku. Tungguin aku sampe aku balik lagi ke sini ya.”
“Pasti gue..
eh pasti aku tungguin kok.”
“Nanti kalo
aku udah balik, kita solat berjamaah. Aku jadi imam kamu, kamu jadi ma’mum ku.”
Ucap Ari tulus.
Sudah lama
Ari menyukai gadis yang berada dihadapannya sekarang. Namun ia masih belum bisa
untuk memiliki gadis ini sepenuhnya. Gadis yang ia cintai baru saja putus dari
kekasihnya. Butuh waktu untuk melupakan semua kenangan Yasmin bersama Kevin.
Senyum Yasmin
mengembang. Matanya berbinar. Wajahnya terlihat kekaguman yang amat sangat.
Sudah lama ia menantikan seseorang yang akan menjadi imam untuknya. Berharap
Kevin bisa menjadi imam, namun ia sadar akan keyakinan dirinya dengan keyakinan
Kevin berbeda.
Tak lama
kemudian, sebuah mobil besar berhenti didepan teras rumah Yasmin. Yasmin senang
melihat siapa yang datang. Namun tidak sesenang tadi.
“Yas, aku
mau kita balikan.” Kalimat pembuka yang dilontarkan Kevin untuk Yasmin. Yasmin
memang mengharapkan ini, tetapi itu sebelum Ari datang dan menyembuhkan
lukanya. Sekarang seuanya sudah terlanjur.
Yasmin
mendekati Kevin. “Maaf Vin, aku gak bisa.” Lirihnya.
“Kenapa?
Maafin aku Yas.”
“Aku gak
bisa Vin. Kamu mutusin aku dengan gampangnya, dan sekarang kamu dateng
seenaknya minta balikan? Maaf Vin, aku gak mau.” Ujar Yasmin.
“Yas, please
maafin aku Yas. Aku bodoh banget udah mutusin kamu tadi sore. Aku sadar aku
salah. Aku selalu emosian.” Ujar Kevin menyesal.
“Gak ada
yang perlu disesalin lagi Vin. Kamu gak bodoh. Aku yang bodoh. Aku udah bodoh
banget nerima kesalahan kamu terus-terusan. Ucapan kamu tadi sore udah gak bisa
ditarik lagi Vin. Aku mau bangkit dari kebodohan itu Vin. Maaf. Kamu pulang ya, udah malem.” Tukas Yasmin dan bergegas
meninggalkan Kevin.
“Yas, tapi
Yas....”
Yasmin
melenggang pergi dan menutup pintu rumah rapat-rapat.
“Ini yang
terbaik buat aku dan kamu Vin. Aku gak bisa ngimamin diri aku sendiri. Aku
butuh seorang imam yang bisa nuntun aku, yang sejalan dengan keyakinan aku.
Maafin aku Vin..” ucap Yasmin yang menitikkan air matanya untuk orang yang
sama.
-----END-----